Belum Ada Obat untuk Korona
Indonesia Berlakukan Travel Advisory
WUHAN - Ancaman dan bahaya virus korona semakin nyata. Selain belum ada obat yang bisa menyembuhkannya, virus ini menyebar secara cepat. Jika di Wuhan, Tiongkok, Senin (27/1) baru terdeteksi 81 orang tewas akibat korona dan 2.000 orang lainnya telah terinfeksi, hanya selang sehari, korban tewas sudah mencapai 106 orang dan 4.000 lebih lainnya telah terpapar virus mematikan tersebut. Para peneliti, sebagaimana dilansir Reuters, mengungkapkan, 2019-nCoV atau virus korona dari satu orang, rata-rata bisa menyebarkan ke dua atau tiga orang sehat lainnya. Terlebih penyebarannya cukup melalui udara. Apakah wabah itu akan terus menyebar? Menurut para peneliti tersebut, sangat bergantung pada efektivitas langkahlangkah pengendaliannya.
Sebelumnya, terungkap jumlah warga Tiongkok yang terinfeksi virus korona naik drastis menjadi lebih dari 4.000 orang. Korban meninggal akibat virus korona per hari ini di Tiongkok, Selasa (28/1), juga bertambah mencapai 106 orang. Dikutip dari AFP, khusus di Provinsi Hubei, ada 24 orang yang dilaporkan meninggal dan 1.291 lainnya terinfeksi virus tersebut. Virus yang menginfeksi saluran pernapasan akut seperti pneumonia itu menebar kekhawatiran global karena dinilai sangat mirip dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang pada 2002-2003 menewaskan ratusan orang di Tiongkok dan Hong Kong. Selain itu, kasus infeksi virus korona juga telah terdeteksi di Kanada, Amerika Serikat, Prancis, Sri Lanka, Thailand, Taiwan, Vietnam, Korea Selatan, Nepal, Singapura, Australia, Malaysia, Jepang, Kamboja, dan Jerman. Sejumlah negara telah mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warganya ke China. Mereka juga berencana mengevakuasi warganya dari Negeri Tirai Bambu dalam waktu dekat. Bahkan, Hong Kong telah menutup perbatasannya dengan daratan utama Tiongkok.
Evakuasi WNI
Sementara itu, evakuasi terhadap warga negara Indonesia (WNI) di Tiongkok masih tahap koordinasi dengan otoritas setempat. Sebab Kota Wuhan dan 15 kota lainnya di Tiongkok masih diisolasi oleh otoritas setempat. ''Tentunya hal ini membutuhkan koordinasi dan komunikasi yang intensif antara pemerintah denganTiongkok,'' kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Selasa (28/1). Menurutnya, pemerintah terus menjalin komunikasi dengan stakeholders terkait. Komunikasi dilakukan oleh Kemenlu sejak, Minggu (26/1). Kemenlu secara resmi juga mengeluarkan travel advisory pada Senin (27/1) bagi WNI yang akan bepergian ke Tiongkok. Plt Jubir Kemenlu Teuku Faizasyah mengingatkan, agar wisatawan Indonesia meningkatkan kehati-hatian saat memutuskan berkunjung ke sejumlah kota yang dinyatakan otoritas setempat sebagai wilayah karantina terjangkit Novel Koronavirus (nCoV).
''Pemerintah belum meningkatkannya menjadi larangan berkunjung ke Tiongkok atau negara lainnya yang terpapar 2019-nCoV. Meski demikian, WNI perlu memperbaharui informasi mengenai keamanan di lokasi yang akan dikunjungi melalui aplikasi Savetravel yang sudah diluncurkan oleh Kemenlu,'' ujarnya. Untuk saat ini, saat kondisi di Tiongkok secara umum digambarkan dengan klasifikasi warna kuning. Sehingga, wisatawan diharapkan berhati-hati. ''Sementara di Kota Wuhan yang menjadi kota pertama penyebaran 2019-nCoV dilambangkan berwarna merah atau berbahaya,'' tandasnya. Pakar Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Bandung Teuku Rezasyah mengatakan, pemberlakuan travel advisory oleh pemerintah Indonesia kepada WNI untuk berkunjung ke Tiongkok, menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat santun. Sebab, Indonesia masih melakukan komunikasi dengan Pemerintah Tiongkok. "Hal itu menunjukkan bahwa pemerintah masih menghargai otoritas China. Dimana China memberlakukan zonasi wilayahnya menjadi I, II, III dan IV dan belum tentu di zona merah seluruhnya terpapar nCoV," tegasnya.
Kesantunan Indonesia terhadap Tiongkok juga terlihat dengan sikap masih menunggu jawaban final dari negara tersebut. Sebab bila Indonesia pada akhirnya memberlakukan travel warning, maka akan mempermalukan Tiongkok. Selain mengeluarkan travel advisory, berbagai bandara internasional di Tanah Air juga meningkatkan pengawasan untuk mengantisipasi penyebaran virus korona. Beberapa penerbangan menuju dan dari Wuhan juga dibatalkan/ditutup sementara. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga telah menyiapkan 21 kapsul evakuasi untuk menangani pasien terduga virus korona. Selain itu, ada tiga rumah sakit di Jakarta yang dipersiapkan untuk merawat pasien. ''Kemenkes akan siapkan semua sarana-prasarana isolasi, rumah sakit, dan sebagainya itu kewenangan Kemenkes. Kita sudah siapkan, kapsul evaluasi juga sudah ada semua," kata Menkes Terawan Agus Putranto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Terkait penyebaran kapsul evakuasi, Terawan mengaku taf hafal. Namun, lanjutnya, kapsul tersebut ditempatkan di daerah-daerah yang banyak dikunjungi warga negara Tiongkok. ''Yang jelas semua pintu masuk kita berikan. Yang diprioritaskan daerah-daerah yang punya kecenderungan tinggi angka kedatangan warga Tiongkok," tuturnya. Terawan mencontohkan, Jakarta, Makassar, dan Manado. Selanjutnya Terawan menuturkan, RS Sulianti Saroso, RSPAD, RS Persahabatan sudah siap menjadi rumah sakit rujukan. ''(Ketiga rumah sakit itu) yang punya chamber tekanan negatif dan gedung-gedung untuk isolasi. Satu gedung bisa mengisolasi 100-200 orang lebih. Itu bisa kita lakukan bergantung modelnya, bertahap apa mau langsung, Kemenkes siap,'' kata Terawan. (H28,J22,dtc,cnn ind-41)
Berita Terkait
"obat" - Google Berita
January 29, 2020 at 12:40AM
https://ift.tt/38NcdzO
Belum Ada Obat untuk Korona - Suara Merdeka CyberNews
"obat" - Google Berita
https://ift.tt/2ZVlmmO
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Belum Ada Obat untuk Korona - Suara Merdeka CyberNews"
Post a Comment