Search

Ada Obat Virus Corona dari Gilead, Rupiah Siap Menguat Lagi! - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis kemarin (16/4/2020) akibat kurang bagusnya sentimen pelaku pasar setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memprediksi resesi global yang dalam akibat penyakit virus corona (Covid-19).

Tetapi hari ini, Jumat (17/4/2020) ada kabar bagus, yakni adanya obat yang mampu mengobati pasien Covid-19 dengan cepat, sentimen pelaku pasar langsung membaik, dan rupiah siap kembali menguat.  

Rupiah kemarin mengakhiri perdagangan di level Rp 15.600/US$ atau melemah 0,32% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dengan pelemahan hari itu, rupiah mengakhiri rentetan penguatan 4 hari beruntun.


Sebelumnya sejak pekan lalu hingga perdagangan Rabu, rupiah berhasil mencatat total penguatan 5,18%. Persentase yang besar di tengah ketidakpastian global yang tinggi akibat pandemi Covid-19.

Melihat hal tersebut, pelemahan rupiah pada Kamis kemarin bisa dimaklumi sebagai koreksi harga yang "sehat". Apalagi mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS pada hari ini, dan rupiah bukan yang terburuk.

IMF dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut juga menyatakan krisis yang terjadi kali ini jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis finansial global tahun 2008.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini diprediksi sangat dalam, yang cukup membuat sentimen pelaku pasar kembali menjadi kurang bagus, akibatnya dolar AS yang menyandang status safe haven kembali berjaya.

Indonesia juga tidak lepas dari "hantu" resesi, meski IMF memprediksi ekonomi Indonesia masih tumbuh 0,5% di tahun ini.

Kemungkinan terjadinya resesi tersebut diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

"Kalau kondisi berat panjang, kemungkinan akan terjadi resesi di mana dua kuartal berturut-turut PDB [produk domestik bruto] bisa negatif," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers usai sidang kabinet paripurna, Rabu (15/4/2020).

Sebelumnya Sri Mulyani juga memberikan 2 skenario dampak COVID-19 ke perekonomian, yakni berat dan sangat berat. Dalam skenario berat, PDB diprediksi tumbuh 2,3%, sementara skenario sangat pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa minus 0,4%.

Namun harapan akan segera berakhirnya pandemi Covid-19 kembali muncul setelah adanya kabar Gilead Science Inc, raksasa farmasi di AS, memiliki obat yang efektif melawan virus corona.

CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien Covid-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.

Kabar tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, terlihat dari indeks berjangka Wall Street yang langsung melesat lebih dari 3% pagi ini. Penguatan indeks berjangka menjadi indikasi jika bursa saham AS akan melesat saat perdagangan dibuka nanti.

Membaiknya sentimen pelaku pasar tersebut bisa menjadi kabar bagus bagi pasar keuangan dalam negeri, dan rupiah berpotensi kembali menguat.

Pelemahan rupiah (yang disimbolkan USD/IDR) pada Kamis kemarin belum merubah posisinya secara teknikal. Indikator stochastic masih berada di wilayah jenuh jual (oversold), akibat penguatan tajam sejak pekan lalu.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di bawah level 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat jika stochastic mencapai oversold.

Tetapi jika secara fundamental masih mendukung, rupiah bisa saja terus melaju kencang, hingga Stochastic tertahan di wilayah oversold cukup lama. Pada pertengahan Maret lalu, Stochastic juga tertahan di wilayah jenuh beli (overbought) cukup lama ketika rupiah mengalami tekanan hebat.

Ada Obat Virus Corona dari Gilead, Rupiah Siap Menguat Lagi!Foto: Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian, Refinitiv

Peluang penguatan rupiah juga didukung kembali munculnya pola Shooting Star. Pergerakan rupiah Kamis kemarin jika dilihat dengan grafik candle stick, badan (body) kecil di bagian bawah, sementara ekornya (tail) panjang ke atas. Pola tersebut disebut Shooting Star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Secara psikologis, pola shooting star menunjukkan aksi jual dolar berusaha mendominasi pasar.

Pola ini sebelumnya juga muncul 2, 6, dan 8 April lalu, yang diikuti dengan penguatan rupiah. Pola ini sebelumnya juga sudah muncul 20 Maret lalu, tetapi sayangnya pandemi COVID-19 terus mempengaruhi sentimen pelaku pasar yang membuat rupiah sulit menguat.

Faktor fundamental memang akan lebih mempengaruhi pergerakan rupiah selama pandemi Covid-19 belum bisa dihentikan.

Resisten (tahanan atas) terdekat masih berada di level Rp 15.700/US$, selama tertahan di bawah level tersebut rupiah berpeluang kembali menguat. Target penguatan hari ini masih di Rp 15.550 sampai Rp 15.450/US$.

Sementara jika resisten ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.820/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


(pap/pap)

Let's block ads! (Why?)



"obat" - Google Berita
April 17, 2020 at 08:05AM
https://ift.tt/2K8TRiD

Ada Obat Virus Corona dari Gilead, Rupiah Siap Menguat Lagi! - CNBC Indonesia
"obat" - Google Berita
https://ift.tt/2ZVlmmO
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Ada Obat Virus Corona dari Gilead, Rupiah Siap Menguat Lagi! - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.